Setiap manusia di dunia tentu mendambakan kehidupan yang bahagia, penuh ketenangan, rezeki yang berkah, keluarga yang harmonis, serta akhir hidup yang baik (husnul khatimah). Namun kenyataannya, perjalanan hidup sering kali dipenuhi ujian, kesedihan, serta cobaan yang datang silih berganti. Dalam menghadapi semua itu, seorang Muslim harus yakin bahwa janji Allah tidak pernah ingkar. Apa yang Allah janjikan dalam Al-Qur’an dan melalui lisan Nabi-Nya pasti benar, tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya.
Di antara janji Allah yang paling agung adalah bahwa siapa yang bersyukur akan ditambah nikmatnya, dan siapa yang istiqomah akan mendapatkan pertolongan serta keberkahan hidup. Allah berfirman :
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan : Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7). Ayat ini menjadi dasar penting bahwa janji Allah adalah pasti, tinggal bagaimana kita sebagai hamba-Nya mengimani, mengamalkan, serta menjaga syukur dan istiqomah dalam hidup.
Janji Allah yang Pasti dan Tidak Pernah Ingkar
Allah ﷻ adalah Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha Benar. Mustahil Allah berbohong atau mengingkari janji-Nya. Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan : “Siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?” (QS. An-Nisa: 87)
Ayat ini menjelaskan bahwa janji manusia bisa saja diingkari karena kelemahan, lupa, atau sengaja. Tetapi janji Allah pasti ditepati, karena Dia Maha Mengetahui, Maha Kuasa, dan tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi kehendak-Nya.
Beberapa janji Allah yang disebutkan dalam Al-Qur’an antara lain :
- Janji kemenangan bagi orang beriman. “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi…” (QS. An-Nur: 55)
- Janji ampunan dan surga bagi orang bertakwa. “Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan (akan mendapat) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya...” (QS. At-Taubah: 72)
- Janji tambahan nikmat bagi orang yang bersyukur. (QS. Ibrahim: 7) sebagaimana telah disebutkan.
Dari sini kita paham bahwa segala amal yang kita lakukan tidak pernah sia-sia. Allah tidak mungkin memutuskan janji-Nya kepada hamba yang taat.
Makna Syukur dan Keutamaannya
Syukur adalah pengakuan hati atas nikmat Allah, diikuti dengan ucapan hamdalah, serta penggunaan nikmat tersebut pada jalan yang diridai-Nya. Jadi syukur bukan hanya ucapan “Alhamdulillah”, tetapi juga sikap, amal, dan tindakan nyata. Rasulullah ﷺ bersabda : “Barangsiapa tidak bersyukur kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah.”. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi). Hadits ini menegaskan bahwa syukur harus diwujudkan dalam bentuk penghargaan kepada sesama, serta pemanfaatan nikmat pada tempatnya.
Bentuk Syukur :
- Dengan hati → meyakini semua nikmat datang dari Allah, bukan semata-mata karena usaha kita.
- Dengan lisan → memuji Allah, mengucapkan “Alhamdulillah” setiap saat, serta berbicara dengan kata-kata baik.
- Dengan perbuatan → menggunakan nikmat untuk ibadah, menolong sesama, dan menjauhi maksiat.
Keutamaan Syukur :
- Allah menambah nikmat (QS. Ibrahim: 7).
- Menjadi tanda keimanan sejati.
- Menolak bala dan mendatangkan ridha Allah.
- Menjadi kunci surga, sebab ahli surga selalu bersyukur (QS. Yunus: 10).
Makna Istiqomah dan Keutamaannya
Istiqomah berarti teguh dan konsisten dalam menjalankan ketaatan kepada Allah serta menjauhi larangan-Nya, tanpa terpengaruh keadaan. Allah berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka istiqomah, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.”. (QS. Fussilat: 30)
Keutamaan Istiqomah :
- Mendapat ketenangan hidup karena senantiasa dalam lindungan Allah.
- Mendapat kabar gembira dari malaikat saat sakaratul maut.
- Diberi kemudahan dalam urusan dunia dan akhirat.
- Menjadi jalan masuk surga dengan penuh kemuliaan.
Rasulullah ﷺ pernah ditanya oleh seorang sahabat, “Ya Rasulullah, katakan kepadaku satu perkataan tentang Islam yang tidak perlu aku tanyakan lagi kepada siapa pun setelah engkau.” Rasulullah menjawab : “Katakanlah, aku beriman kepada Allah, kemudian istiqomahlah.”. (HR. Muslim)
Ini menunjukkan bahwa istiqomah adalah kunci setelah iman.
Kisah Teladan tentang Syukur dan Istiqomah
1. Kisah Nabi Ayyub AS
Nabi Ayyub adalah teladan kesabaran, syukur, dan istiqomah. Beliau diuji dengan sakit bertahun-tahun, kehilangan harta, serta ditinggalkan banyak orang. Namun beliau tetap bersyukur, tidak pernah mengeluh kepada Allah. Akhirnya Allah kembalikan kesehatan, harta, dan keluarga yang lebih baik dari sebelumnya.
2. Kisah Nabi Ibrahim AS
Nabi Ibrahim istiqomah dalam tauhid meski berhadapan dengan raja zalim Namrud. Beliau bersyukur atas setiap ujian, bahkan saat diperintahkan menyembelih anaknya, Ismail AS. Dari keistiqomahannya lahirlah generasi para nabi dan keturunan yang mulia.
3. Kisah Sahabat Bilal bin Rabah
Bilal disiksa oleh tuannya karena beriman kepada Allah. Namun dengan istiqomah, ia terus mengucapkan, “Ahad, Ahad!” meski tubuhnya disiksa. Keistiqomahannya membuat Allah meninggikan derajatnya, bahkan suara langkahnya terdengar di surga menurut sabda Rasulullah ﷺ.
4. Teladan Rasulullah ﷺ
Rasulullah adalah hamba yang paling bersyukur. Beliau shalat malam hingga kakinya bengkak, lalu ditanya oleh Aisyah r.a., “Mengapa engkau bersusah payah padahal dosamu telah diampuni?” Beliau menjawab : “Tidakkah aku menjadi hamba yang bersyukur?” (HR. Bukhari, Muslim)
Ini adalah puncak syukur dan istiqomah dalam ibadah.
Penerapan Syukur dan Istiqomah dalam Kehidupan Sehari-hari
- Dalam ibadah → menjaga shalat lima waktu, berzikir, membaca Al-Qur’an secara rutin.
- Dalam rezeki → mensyukuri pekerjaan apa pun, menghindari iri hati, dan istiqomah bekerja halal.
- Dalam keluarga → bersyukur atas pasangan dan anak, istiqomah mendidik mereka dengan nilai Islam.
- Dalam cobaan → bersyukur masih diberi kesempatan hidup, istiqomah bersabar tanpa mengeluh berlebihan.
- Dalam masyarakat → berkontribusi, menolong orang lain, istiqomah menjaga akhlak yang baik.
Tantangan dalam Syukur dan Istiqomah
- Godaan dunia : harta, jabatan, dan kenikmatan sesaat.
- Rasa malas dan lalai dalam ibadah.
- Ujian berat seperti sakit, kehilangan, dan kemiskinan.
- Lingkungan yang buruk dan menjauhkan dari ketaatan.
Namun semua itu bisa diatasi dengan iman yang kuat, memperbanyak doa, memperdalam ilmu agama, dan mencari lingkungan yang shalih.
Doa agar Bisa Syukur dan Istiqomah
Nabi ﷺ sering berdoa : “Ya Allah, bantulah aku untuk selalu mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah kepada-Mu dengan baik.”. (HR. Abu Dawud, An-Nasa’i)
Dan doa istiqomah : “Ya Allah, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.”. (HR. Tirmidzi)
Maka, mari kita jadikan syukur sebagai pakaian sehari-hari, dan istiqomah sebagai jalan hidup. Jangan biarkan nikmat Allah sia-sia karena kelalaian, dan jangan goyah meski ujian datang silih berganti. Dengan syukur dan istiqomah, hidup akan lebih tenang, berkah, dan insyaAllah berujung pada kebahagiaan abadi di surga-Nya.