Sholat Wajib Ada Kekurangan? Sholat Sunnah Rawatib Jawabannya

Sholat Wajib Ada Kekurangan? Sholat Sunnah Rawatib Jawabannya

 Sholat Wajib Ada Kekurangan? Sholat Sunnah Rawatib Jawabannya

Ibadah Besar yang Sering Dianggap Biasa
Banyak orang Muslim melakukan sholat wajib setiap hari, namun jarang yang benar-benar bertanya kepada diri sendiri: “Apakah sholatku sudah sempurna?” Tidak sedikit yang sholat terburu-buru, kurang khusyuk, melewatkan sunnah-sunnah, atau bahkan lupa duduk sejenak untuk meresapi makna setiap gerakan.
Padahal, Rasulullah ﷺ sudah memberikan sebuah “penolong” bagi kekurangan-kekurangan itu. Bukan sedekah, bukan puasa, bukan pula dzikir lain – tetapi sholat sunnah rawatib, ibadah ringan dengan keutamaan yang sangat besar. Artikel ini akan mengulas secara mendalam tentang bagaimana sholat sunnah rawatib dapat menjadi penambal kekurangan sholat wajib, disertai penjelasan ulama, dalil shahih, kisah inspiratif, dan makna mendalam yang mungkin selama ini kita lewatkan.

Apa Itu Sholat Sunnah Rawatib?

Sholat sunnah rawatib adalah sholat sunnah yang mendampingi dan mengikuti sholat wajib. Dalam hadis riwayat Tirmidzi, Rasulullah ﷺ bersabda : “Barangsiapa yang menjaga sholat sunnah rawatib dua belas rakaat, maka Allah bangunkan untuknya sebuah rumah di surga.”. — HR. Tirmidzi
Rawatib terdiri dari dua jenis :
    Rawatib Muakkadah (ditekankan)
    - 2 rakaat sebelum Subuh
    - 2 rakaat sebelum Zuhur
    - 2 rakaat setelah Zuhur
    - 2 rakaat setelah Maghrib
    - 2 rakaat setelah Isya
    Rawatib Ghairu Muakkadah (tidak ditekankan)
    - 2 rakaat sebelum Ashar
    - 2 rakaat sebelum Maghrib
    - 2 rakaat sebelum Isya
Namun rawatib muakkadah adalah yang paling sangat dianjurkan oleh Rasulullah ﷺ.
Mengapa Sholat Wajib Perlu “Ditambal”?
Ada hadits yang menjadi dasar pentingnya rawatib : “Sesungguhnya amalan seorang hamba yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah sholat. Jika sholatnya baik, maka baik pula seluruh amalnya. Jika terdapat kekurangan pada sholat wajibnya, Allah berfirman: ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki sholat sunnah.’ Lalu sholat sunnah itu digunakan untuk menyempurnakan sholat wajibnya yang kurang.”. — HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi
Inilah dalil paling kuat bahwa sholat sunnah rawatib berfungsi sebagai penambal kekurangan sholat wajib.
Banyak kekurangan dalam sholat wajib kita tanpa kita sadari :
- Waktu sholat mepet
- Bacaan tergesa-gesa
- Lupa tuma'ninah
- Pikiran melayang
- Gerakan kurang sempurna
Dan Allah, dengan kasih sayang-Nya, memberikan solusi: rawatib.

Rahasia Besar: Rawatib Menjaga Kualitas Sholat Kita

Jika sholat wajib adalah “bangunan”, rawatib adalah “pondasi tambahan” dan “plester perapian” agar bangunan itu sempurna dan kokoh. Banyak ulama menjelaskan :
1️⃣ Imam Nawawi
Beliau menyebut bahwa rawatib adalah cara terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah serta menjaga keistiqamahan dalam ibadah.
2️⃣ Imam Ibnul Qayyim
Beliau menggambarkan bahwa sunnah rawatib adalah “penjaga utama” sholat wajib.
3️⃣ Syaikh Utsaimin
Mengatakan bahwa orang yang meremehkan rawatib akan kehilangan keistimewaan besar dari Allah.

Keutamaan Sholat Sunnah Rawatib yang Sering Terlewatkan

Berikut beberapa keutamaannya :
1. Dibangunkan Rumah di Surga. Ini adalah janji langsung Rasulullah ﷺ.
2. Sebagai Penambal Kekurangan Sholat Wajib. Sesuai hadits sebelumnya.
3. Dilipatgandakan Pahalanya. Rawatib menjadikan sholat wajib lebih berkualitas.
4. Menambah kedekatan kepada Allah. Karena rawatib adalah ibadah yang dicintai oleh Rasulullah ﷺ.
5. Menghaluskan hati dan meningkatkan kekhusyukan. Orang yang membiasakan rawatib lebih mudah khusyuk dalam sholat wajib.

Contoh Teladan : Rasulullah ﷺ Tidak Pernah Meninggalkan Dua Rakaat Subuh

Aisyah r.a. berkata : “Rasulullah tidak pernah meninggalkan dua rakaat sunnah Subuh, baik sedang di rumah maupun dalam perjalanan.”. HR. Al-Bukhari
Ini menunjukkan betapa istimewanya rawatib, terutama rawatib sebelum Subuh.
Perubahannya Dimulai dari Rawatib
Di sebuah masjid kecil, ada seorang jamaah bernama Hasan. Ia mengaku telah sholat wajib sejak lama, tapi hidupnya tetap terasa berat, emosinya mudah meledak, rezeki seperti tersendat, hatinya gelisah. Suatu malam, setelah kajian, ustadznya berkata : “Coba rawatib kamu jaga. Jangan hanya sholat wajib. Rawatib itu yang menjaga hatimu.”. Sejak hari itu, Hasan mencoba menambahkan rawatib satu per satu: Subuh, Zuhur, Maghrib…
Baru beberapa hari, ia merasakan perubahan :
    - sholat wajibnya lebih tenang
    - hatinya lebih lembut
    - rezekinya terasa lancar
    - pikirannya lebih teratur
Dari situ ia menyadari: bukan hanya sholat wajib yang penting, tapi kualitas hati yang tumbuh dari rawatib.
Mengapa Banyak Orang Meremehkan Rawatib?
Ada beberapa sebab umum :
    - merasa sholat wajib sudah cukup
    - merasa rawatib menghabiskan waktu
    - tidak tahu keutamaannya
    - terbiasa hidup terburu-buru
    - belum merasakan “rasa manis” ibadah sunnah
Padahal jika umat mengetahui keutamaannya, rawatib akan menjadi kebiasaan utama. Rawatib Adalah Tanda Kecintaan kepada Rasulullah ﷺ. Orang yang mencintai Rasulullah akan mencontoh apa yang beliau jaga dan tidak tinggalkan.

Rawatib adalah tanda kedekatan, bukan beban.

Bagaimana Cara Memulai Rawatib agar Istiqamah ? Berikut Tipsnya
1. Mulai dari dua rakaat yang paling ditekankan (Rawatib Subuh).Ini adalah rawatib paling mulia.
2. Gunakan alarm pengingat.
3. Lakukan di rumah sebelum berangkat ke masjid atau kantor.
4. Jangan mulai dengan banyak, cukup sedikit tapi konsisten.
5. Bangun mindset : Rawatib = penolong sholat wajibku nanti di hari kiamat.
Rawatib adalah Kemuliaan : Bukti Bahwa Allah Ingin Sholat Kita Sempurna
Allah tidak membiarkan hamba-Nya “gugur” hanya karena kekurangan dalam sholat.
Allah memberi “peluang tambahan”: rawatib.
Inilah kasih sayang Allah yang luar biasa.
Sudahkah Kita Menjaga Rawatib Hari Ini?
Sholat wajib kita mungkin tidak sempurna. Bahkan sangat mungkin penuh kekurangan. Tapi Allah masih memberi jalan agar kita memperbaikinya.
Itulah rawatib.
Ringan, pendek, tapi penuh pahala.
Sederhana, tapi menyempurnakan.
Sunah, tapi mungilnya lebih berarti dari seribu perkara dunia.
Pertanyaannya: apakah kita ingin sholat wajib kita sempurna di sisi Allah?
Mulailah dari rawatib hari ini.
Karena rawatib bisa menjadi ibadah kecil yang menyelamatkan kita kelak.









Bukan Ilmu yang Tinggi, Bukan Amal yang Banyak. Tapi Ridho Allah yang Menentukan Segalanya

Bukan Ilmu yang Tinggi, Bukan Amal yang Banyak. Tapi Ridho Allah yang Menentukan Segalanya

 Bukan Ilmu yang Tinggi, Bukan Amal yang Banyak. Tapi Ridho Allah yang Menentukan Segalanya

Ketika Usaha Tak Selalu Membawa Hasil
Ada banyak orang berilmu, rajin beribadah, tekun beramal, namun tetap merasa hidupnya berat — rezeki tersendat, doa seakan tak berjawab, dan hati selalu resah. Sebaliknya, ada orang biasa, tak dikenal banyak orang, amalnya tampak sederhana, namun hidupnya tenang dan penuh keberkahan.
Lalu kita bertanya dalam hati : Mengapa bisa begitu?
Ust. Aris Alwi dalam banyak tausiyahnya sering mengingatkan, bahwa yang membuat hidup ini ringan bukan karena hebatnya amal, tetapi karena adanya ridho Allah di balik semua usaha kita. Karena tanpa ridho Allah, ilmu setinggi langit pun takkan memberi cahaya, dan amal sebanyak gunung pun takkan membawa berkah.

Ilmu dan Amal Tak Akan Bernilai Tanpa Ridho Allah

Islam mengajarkan keseimbangan antara ikhtiar dan tawakkal. Kita diperintahkan berusaha, berilmu, dan beramal — tapi tidak pernah disuruh merasa hebat karena semua itu. Sebab, keberhasilan bukan hasil dari kesempurnaan usaha, melainkan karena kasih sayang dan ridho Allah.
Allah Ta’ala berfirman : “Dan kamu tidak dapat menghendaki (sesuatu) kecuali apabila dikehendaki oleh Allah, Tuhan semesta alam.”. (QS. At-Takwir: 29)
Ayat ini menjadi pengingat bahwa segala keputusan, hasil, dan keberhasilan hidup kita tidak pernah lepas dari kehendak Allah. Ilmu hanyalah sarana, amal hanyalah ikhtiar, sedangkan ridho Allah-lah yang menjadi penentu hasilnya.
Ust. Aris Alwi sering mengatakan : “Boleh jadi engkau mengira dirimu beramal, padahal sesungguhnya Allah-lah yang sedang memuliakanmu lewat amal itu. Jangan sombong karena amal, tapi bersyukurlah karena Allah masih memberi kesempatan berbuat baik.

Kisah Reflektif : Dua Penuntut Ilmu dan Rahasia Keberkahan

Dalam sebuah majelis ilmu, Ust. Aris Alwi pernah menceritakan kisah dua sahabat yang sama-sama menuntut ilmu agama di pesantren. Keduanya tekun, sama cerdas, sama semangatnya. Namun, setelah lulus, jalan hidup mereka berbeda jauh.
Yang pertama menjadi seorang dai yang dikenal luas, hidupnya sederhana tapi penuh keberkahan. Yang kedua, meskipun berilmu tinggi, hidupnya sering diwarnai kegelisahan dan kesulitan.
Ketika ditanya mengapa bisa begitu, sang guru berkata, “Yang pertama belajar dengan hati yang mencari ridho Allah. Yang kedua belajar dengan hati yang ingin diakui manusia.
Kisah ini menjadi cermin bagi kita. Ilmu yang tidak diiringi niat ikhlas hanya akan menghasilkan kelelahan tanpa arah. Sebaliknya, ilmu yang disertai kerendahan hati dan niat mencari ridho Allah akan menjadi cahaya yang menuntun hidup.

Amal Banyak Tak Selalu Bernilai Jika Hati Tak Ikhlas

Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda : “Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian.”. (HR. Muslim)
Artinya, Allah tidak menilai seberapa banyak amal yang kita lakukan, melainkan seberapa ikhlas hati kita dalam melakukannya.
Ust. Aris Alwi menjelaskan, banyak orang mengejar kuantitas amal — ingin terlihat rajin, ingin tampak taat. Namun lupa, bahwa amal tanpa keikhlasan ibarat bunga tanpa wangi. Indah di luar, tapi hampa di dalam. Beliau sering menegaskan dalam kajiannya : “Jangan sibuk mengumpulkan amal, tapi sibuklah memperbaiki niat. Karena amal yang diterima bukan karena banyaknya, tapi karena sucinya hati dalam menjalaninya.

Ridho Allah: Kunci Segala Ketenangan dan Keberhasilan

Banyak orang berdoa, bekerja keras, beramal shalih, namun tetap merasa hidupnya tidak berubah. Ust. Aris Alwi mengingatkan — barangkali bukan amal kita yang kurang, tapi ridho Allah yang belum kita dapatkan. Dalam hadits qudsi, Allah berfirman : “Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai selain dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya…”. (HR. Bukhari)
Ketika Allah sudah mencintai hamba-Nya, maka setiap langkahnya dimudahkan, setiap doanya didengar, dan setiap kebutuhannya dicukupi — bahkan sebelum ia meminta.
Inilah yang disebut “ridho Allah yang menentukan segalanya.

Kisah Inspiratif: Tukang Sapu di Masjidil Haram

Suatu kali, Ust. Aris Alwi menceritakan kisah seorang tukang sapu di Masjidil Haram. Ia tidak berpendidikan tinggi, tidak dikenal orang, bahkan pekerjaannya dianggap remeh. Tapi setiap pagi ia selalu berkata, “Ya Allah, meski tangan ini hanya bisa menggenggam sapu, semoga hatiku tetap menggenggam ridho-Mu.”.
Setiap malam, ia menangis di sudut masjid, mendoakan orang lain tanpa menyebut namanya sendiri.
Suatu hari, jamaah masjid menemukannya wafat dalam keadaan sujud. Wajahnya tersenyum tenang. Orang-orang pun menangis. Imam Masjidil Haram berkata, “Mungkin di mata manusia ia hanyalah tukang sapu, tapi di sisi Allah, ia mungkin lebih mulia dari banyak orang berilmu.
Kisah ini mengajarkan : yang membuat amal mulia bukan bentuknya, tapi ridho Allah di baliknya.

Ilmu, Amal, dan Kerendahan Hati

Ust. Aris Alwi menegaskan, bahwa ilmu yang sejati adalah ilmu yang membuat seseorang semakin rendah hati. Sebab ilmu yang benar akan mengantarkan kita pada pengakuan bahwa kita tidak mampu apa-apa tanpa izin Allah. Beliau sering mengutip kalimat indah dari Imam Asy-Syafi’i : “Ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada hati yang bermaksiat.
Artinya, bukan banyaknya hafalan atau tinggi derajat pendidikan yang membuat seseorang mulia — tapi kebersihan hati, kerendahan diri, dan niat tulus karena Allah.

Doa dan Tawakkal : Jalan Menuju Ridho Allah
Dalam setiap ceramahnya, Ust. Aris Alwi selalu menutup dengan doa yang sarat makna, terutama bagi mereka yang ingin dimudahkan rezekinya dan dilunaskan segala hutangnya :
اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
Allahumma akfini bihalalika ‘an haramika, wa aghnini bifadhlika ‘amman siwaka.
Ya Allah, cukupkanlah aku dengan rezeki-Mu yang halal agar aku terhindar dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari selain-Mu.
Beliau menjelaskan bahwa doa ini bukan sekadar pelunas hutang dunia, tapi juga pelunasan beban hati.
Ketika seseorang berdoa dengan hati yang bersih dan penuh tawakkal, di situlah ridho Allah turun — membawa solusi tanpa disangka-sangka.

Ridho Allah dalam Keseharian

Mendapat ridho Allah bukan berarti hidup tanpa ujian. Justru, orang yang diridhai Allah akan diuji — tapi hatinya tenang, jiwanya lapang, karena ia tahu setiap cobaan adalah tanda cinta, bukan murka.
Ust. Aris Alwi menasihati : “Jangan ukur kasih sayang Allah dari banyaknya nikmat, tapi dari ketenangan hati saat diuji.
Ridho Allah membuat seseorang tetap sabar saat sempit, tetap bersyukur saat lapang, dan tetap istiqamah meski dunia berubah arah.

Kembali ke Hakikat Hamba
Pada akhirnya, kita akan sadar bahwa tidak ada yang bisa kita banggakan.
Ilmu bisa hilang, amal bisa terlupakan, bahkan nama besar bisa pudar.
Tapi ridho Allah-lah yang kekal — penentu kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat.
Ust. Aris Alwi menutup refleksinya dengan kalimat lembut namun menggugah : “Hidup bukan tentang menjadi yang paling hebat, tapi tentang menjadi yang paling diridhai. Karena yang Allah ridhoi, akan Allah cukupkan — bahkan sebelum ia meminta.”
Pesan Akhir
Mari kita renungkan…
Mungkin selama ini kita terlalu sibuk beramal hingga lupa siapa yang memberi kekuatan untuk beramal. Terlalu fokus berdoa hingga lupa siapa yang memberi izin doa itu sampai ke langit.
Semoga Allah jadikan kita hamba-hamba yang diridhai-Nya — yang hidupnya tenang bukan karena sempurna, tapi karena selalu dijaga dalam kasih sayang-Nya.










Dimanapun Berada, Jadilah Cahaya: Prinsip Hidup Orang yang Membawa Kebaikan

Dimanapun Berada, Jadilah Cahaya: Prinsip Hidup Orang yang Membawa Kebaikan

Dimanapun Berada, Jadilah Cahaya: Prinsip Hidup Orang yang Membawa Kebaikan

Setiap manusia hadir ke dunia membawa peran. Ada yang hadir menyembuhkan, ada yang hadir menenangkan, ada yang hadir menguatkan. Namun tidak sedikit pula yang hadir justru merusak, memecah, dan membawa hati menjadi sempit. Pertanyaannya, kita ingin menjadi yang mana?
Islam mengajarkan bahwa nilai seorang manusia bukan ditentukan oleh banyaknya harta, bukan pula oleh tingginya kedudukan, bukan oleh populernya nama. Nilai seseorang ditentukan oleh seberapa banyak kebaikan yang ia tebar, manfaat yang ia tinggalkan, dan cahaya yang ia pancarkan kepada orang-orang di sekitarnya.
Kita tidak diminta menjadi sempurna. Kita hanya diminta menjadi cahaya. Di manapun berada.

Menjadi Cahaya Tidak Harus Menjadi Sempurna
Banyak orang merasa enggan berbuat baik karena merasa dirinya belum cukup baik.
Ada yang berkata :
Saya masih punya banyak dosa.
Saya belum istiqamah.
Saya takut disebut riya.
Padahal cahaya tidak harus menyinari seluruh dunia. Cukup menerangi ruang kecil tempat kita berpijak. Rasulullah ﷺ bersabda: “Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian. Tetapi Allah melihat kepada hati dan amal-amal kalian.”.(HR. Muslim)
Yang terpenting bukan banyaknya ilmu, bukan luasnya wawasan, melainkan ketulusan hati dalam setiap langkah kebaikan.

Mengapa Penting Menjadi Cahaya Bagi Orang Lain?
Karena hidup ini adalah perjalanan yang melelahkan. Setiap manusia menyimpan cerita yang tidak mereka katakan :
  • Ada yang tersenyum namun hatinya sedang patah.
  • Ada yang tampak kuat namun sedang menahan air mata.
  • Ada yang terlihat biasa saja, namun sedang berperang dalam diri.
Terkadang, satu kalimat lembut, satu dekapan hangat, satu bantuan kecil, cukup membuat seseorang kembali kuat. “Siapa yang melepaskan satu kesulitan seorang mukmin dari kesulitan dunia, maka Allah akan melepaskan darinya satu kesulitan di hari kiamat.”. (HR. Muslim)
Di dunia penuh tekanan ini, hadirlah sebagai penenang, bukan penambah luka.

Bicara Baik atau Diam: Cahaya Pertama Ada di Lisan
Cahaya seseorang pertama kali terlihat dari lisannya.
Rasulullah ﷺ bersabda : “Berkatalah yang baik atau diam.”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Seringkali luka terdalam bukan karena pukulan, tapi karena ucapan.
- Kata yang merendahkan dapat mematahkan semangat.
- Kata yang kasar dapat menghancurkan hubungan.
- Kata yang sinis dapat mematikan harapan.
Sebaliknya :
- Kata yang lembut dapat menghidupkan hati.
- Kata yang jujur dapat menegakkan kebenaran.
- Kata yang penuh kasih dapat menguatkan iman.
- Karena itu, jadilah cahaya melalui kata-katamu.

Menjadi Cahaya Melalui Sikap Sederhana
Tidak semua kebaikan harus terlihat besar.
Perhatikan contoh berikut :

Kebaikan Kecil          Dampak Besar
Menyapa dengan senyum Mengurangi jarak hati
Mengucapkan terima kasih         Menghadirkan penghargaan
Menahan amarah saat kecewa Mencegah penyesalan
Mendengarkan tanpa menghakimi Memberi ruang bagi orang lain bernapas
Rasulullah ﷺ bersabda : “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.”. (HR. Tirmidzi)
Kita tidak perlu menjadi orang kaya untuk menyenangkan orang lain.
Yang kita butuhkan hanya kemauan untuk menjadi baik.

Kisah Teladan: Abu Bakar yang Menjadi Cahaya dalam Diam
Suatu hari Umar bin Khattab r.a. merasa penasaran dengan kebiasaan Abu Bakar r.a. yang setiap pagi setelah shalat Subuh pergi ke suatu tempat tanpa memberitahu siapa pun. Umar mengikutinya secara diam-diam. Ternyata Abu Bakar pergi ke rumah seorang wanita tua yang buta dan tidak mampu.
Di sana, Abu Bakar :
- Membersihkan rumahnya
- Menyapu lantai
- Menyiapkan makanan
- Mengatur keperluannya
Saat Umar bertanya mengapa beliau melakukan ini, Abu Bakar hanya menjawab : “Ini rahasia antara aku dan Tuhanku.
Inilah cahaya yang paling luhur: Kebaikan yang tidak perlu disaksikan manusia karena cukup Allah yang mengetahuinya.

Cahaya Tidak Selalu Berwujud Nasihat
Kadang kita ingin memberi kebaikan, tapi cara kita salah.
Kebaikan bukan hanya menasihati.
Kebaikan juga menjadi teladan.
Sabar saat diuji
Tenang saat banyak masalah
Tidak membalas keburukan dengan keburukan
Tetap sopan saat dihina
Memaafkan meski mampu membalas
Itulah cahaya hakiki yang menerangi hati.

Tiga Prinsip Hidup Menjadi Cahaya di Manapun Berada
(1) Jaga Niat
Mulailah segala sesuatu dengan niat karena Allah.
“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya.”. (HR. Bukhari-Muslim)
(2) Sederhanakan Kebaikanmu
Tidak perlu banyak bicara, cukup banyak beramal.
(3) Jangan Menunggu Balasan
Jika kita menunggu balasan dari manusia, kita akan kecewa.
Tetapi jika kita menyerahkan semua kepada Allah, hati akan tenang.

Hasil Menjadi Cahaya: Kebaikan Itu Akan Kembali
Allah berfirman : “Barangsiapa berbuat kebaikan seberat zarrah, niscaya ia akan melihat balasannya.”. (QS. Al-Zalzalah: 7)
Balasannya tidak selalu berupa uang. Kadang berupa :
> Hati yang damai
> Rezeki yang mengalir tanpa diduga
> Persahabatan yang tulus
> Masalah yang dimudahkan
> Doa-doa yang dikabulkan
> Kebaikan tidak pernah sia-sia.
Di dalam hidup ini, kita tidak diminta menjadi orang yang paling kaya.
Kita tidak diperintahkan menjadi orang yang paling pintar.
Dan kita tidak diwajibkan menjadi orang yang paling terkenal.
Tapi Islam mengajarkan kita satu hal yang sangat mulia :
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain."
(HR. Ahmad)
Artinya, dimanapun kita berada—jadilah cahaya.
Cahaya yang menerangi, bukan membakar.
Cahaya yang menghangatkan, bukan menyakiti.
Menjadi cahaya itu sederhana.
Bukan harus menjadi sempurna, bukan harus menjadi ulama, bukan harus menjadi pemilik banyak harta.
Menjadi cahaya adalah :
- Menjaga lisan dari menyakiti
- Menguatkan, bukan melemahkan
- Memaafkan, bukan membalas
- Menolong, bukan merugikan
- Menghadirkan ketenangan, bukan kekacauan
Kita mungkin tidak mampu mengubah dunia, tetapi kita bisa mengubah hati seseorang, dan itu cukup untuk mengubah hidupnya. Dimanapun kau berada, jadilah cahaya. Meski kecil, ia tetap menerangi.








Doa Pelunas Hutang Paling Mustajab: Ust. Aris Alwi Ungkap Kunci Rezeki Tak Terduga

Doa Pelunas Hutang Paling Mustajab: Ust. Aris Alwi Ungkap Kunci Rezeki Tak Terduga

Doa Pelunas Hutang Paling Mustajab: Ust. Aris Alwi Ungkap Kunci Rezeki Tak Terduga

Antara Hutang, Doa, dan Jalan Rezeki dari Arah Tak Terduga

Hutang — satu kata yang sering kali menjadi beban bagi banyak orang. Tidak sedikit yang siang malam gelisah, takut didatangi penagih, atau malu bertemu teman karena belum mampu melunasi janji finansialnya. Namun di balik kesempitan itu, ada satu pintu yang sering kali dilupakan: do'a.
Ustadz Aris Alwi, seorang pendakwah yang dikenal dengan pesan-pesannya yang menyejukkan hati, mengingatkan bahwa setiap kesulitan memiliki jalan keluar, asalkan kita benar-benar kembali kepada Allah dengan doa dan ketulusan. Salah satu doa yang beliau ajarkan—yang juga diriwayatkan dalam hadits Rasulullah ﷺ—menjadi amalan pelunas hutang yang luar biasa dahsyat jika dibaca dengan penuh keyakinan dan istiqamah.

Doa Pelunas Hutang dari Rasulullah ﷺ yang Diajarkan oleh Ust. Aris Alwi

Doa ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan dinilai sahih. Rasulullah ﷺ mengajarkan kepada seorang sahabat yang mengeluh karena terlilit hutang berat agar membaca doa berikut setiap hari:
اللهم اكفني بحلالك عن حرامك، وأغنني بفضلك عمن سواك
Allahummakfini bihalālika ‘an harāmika, wa aghnini bifaḍlika ‘amman siwāk.”
Artinya : “Ya Allah, cukupkanlah aku dengan rezeki yang halal dari-Mu agar aku tidak bergantung pada yang haram, dan kayakanlah aku dengan karunia-Mu agar aku tidak bergantung kepada selain-Mu.”
Menurut Ust. Aris Alwi, doa ini bukan sekadar rangkaian kata, tapi deklarasi keimanan. Saat seorang hamba melafalkannya, ia sedang menyatakan bahwa tidak ada yang bisa melunasi hutang selain Allah, bukan usaha, bukan teman, bukan manusia—tapi Allah yang Maha Kaya.

Makna Mendalam dari Doa Ini: Tauhid dalam Keuangan
Doa ini mengajarkan tauhid yang murni dalam urusan rezeki. Saat kita berhutang, sering kali yang pertama kali kita cari adalah “siapa yang bisa bantu,” bukan “bagaimana Allah bisa membantu.” Padahal, ketika hati kembali lurus, bantuan Allah datang dari arah yang tidak disangka-sangka.
Ust. Aris Alwi menjelaskan dalam salah satu tausiyahnya, “Bukan berarti kita tidak boleh berikhtiar, tapi jangan menggantungkan hati pada manusia". Bacalah doa ini dengan keyakinan, bahwa Allah mampu menutup semua kekuranganmu bahkan dengan cara yang mustahil menurut logika.”
Inilah rahasia terbesar dari doa ini — menjadikan Allah satu-satunya sandaran di tengah kebuntuan finansial.

Kisah Nyata: Doa yang Mengubah Jalan Hidup
Suatu hari, Ust. Aris Alwi bercerita tentang seorang jamaah di Malomo yang memiliki hutang lebih dari seratus juta rupiah. Setiap hari ia gelisah, bahkan sempat berpikir menjual rumah. Namun setelah mendapat nasihat dari Ustadz Aris untuk mengamalkan doa ini setiap selesai shalat, disertai shalat dhuha dan sedekah semampunya, hal tak terduga terjadi.
Beberapa minggu kemudian, jamaah tersebut menerima kabar bahwa proyek lama yang macet akhirnya cair. Ia mendapat bagian lebih dari cukup untuk melunasi seluruh hutangnya. Saat ditanya apa yang ia lakukan, jawabnya sederhana : “Saya cuma berusaha istiqamah dengan doa itu, ustadz. Saya baca sambil menangis setiap pagi dan malam. Ternyata Allah benar-benar Maha Kaya.
Inilah bukti bahwa doa bukan hanya harapan, tapi kekuatan spiritual yang membuka pintu rezeki.

Keterkaitan Doa, Ibadah, dan Istiqamah
Banyak orang membaca doa ini, tapi tidak merasakan hasilnya. Mengapa? Karena doa tanpa istiqamah dan kesungguhan hanyalah lafaz kosong. Rasulullah ﷺ bersabda : “Sesungguhnya Allah tidak akan menerima doa dari hati yang lalai dan tidak sungguh-sungguh.”. (HR. Tirmidzi)
Artinya, ketika doa dibaca hanya sebagai formalitas, tanpa keyakinan dan usaha memperbaiki ibadah, maka doa itu tidak menembus langit.
Ust. Aris Alwi menegaskan, “Bukan karena Allah tidak mau membantu, tapi karena kita belum benar-benar serius meminta.”. Maka dari itu, beliau menganjurkan agar doa pelunas hutang ini dibaca dengan tiga kunci : 
  • Keyakinan penuh bahwa Allah Maha Kaya.
  • Istiqamah membacanya setiap pagi dan malam.
  • Dibarengi amal nyata — shalat, sedekah, dan menjauhi maksiat.
Shalat dan Sedekah: Dua Sahabat Doa
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman : “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan apa saja kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu, niscaya kamu akan mendapat pahalanya di sisi Allah.”. (QS. Al-Baqarah: 110)
Ust. Aris Alwi selalu menekankan pentingnya menguatkan doa dengan shalat dhuha dan sedekah. Beliau sering mengatakan, “Shalat dhuha itu kunci rezeki, sedekah itu magnetnya, dan doa ‘Allahummakfini bihalālika…’ adalah pintu yang membukanya.
Kombinasi tiga amalan ini telah menjadi rahasia banyak jamaah Pondok Sehat Malomo yang berhasil keluar dari lilitan hutang dengan cara tak masuk akal: proyek datang tiba-tiba, piutang lama dibayar, atau mendapat peluang usaha baru tanpa direncanakan.

Doa dan Keajaiban Waktu Subuh
Selain membaca doa ini setelah shalat wajib, Ust. Aris Alwi juga menganjurkan untuk memperbanyaknya di waktu Subuh. Beliau menuturkan bahwa waktu setelah Subuh adalah saat paling mustajab untuk memohon pelunasan hutang dan kelapangan rezeki. Rasulullah ﷺ bersabda : “Ya Allah, berkahilah umatku di waktu pagi mereka.”. (HR. Abu Dawud)
Artinya, siapa yang mengawali hari dengan doa dan munajat, insya Allah sepanjang harinya dipenuhi keberkahan dan kelancaran rezeki.

Hutang Bukan Akhir, Tapi Jalan untuk Dekat kepada Allah
Hutang sering dianggap aib, padahal bisa menjadi jalan untuk memperbaiki hubungan dengan Allah.
Ketika seseorang benar-benar terdesak, ia dipaksa untuk menunduk, menangis, dan kembali berdoa. Itulah momen terbaik di mana hati menjadi lembut dan iman diperkuat. Ust. Aris Alwi pernah berpesan : “Jangan marah pada hutang, karena bisa jadi Allah sedang menegur dengan lembut agar engkau kembali berdoa.
Betapa sering kita lupa berdoa saat lapang, tapi menangis keras saat sempit. Maka Allah turunkan sedikit kesulitan agar kita sadar bahwa hanya Dia tempat bergantung.

Doa Pelunas Hutang dan Rahasia Rezeki Tak Terduga
Banyak jamaah yang membuktikan bahwa doa ini benar-benar menjadi jalan menuju keajaiban rezeki.
Ada yang tiba-tiba dipromosikan di tempat kerja, ada yang mendapat peluang bisnis, bahkan ada yang hutangnya dilunasi oleh orang lain tanpa diminta. Semua itu bukan kebetulan. Allah berfirman : “Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”. (QS. At-Thalaq: 2–3)
Doa ini bukan mantra. Tapi jika dibaca dengan hati penuh iman, ia menjadi energi spiritual yang mengetuk pintu langit. Ust. Aris Alwi selalu menekankan : “Jangan pernah berhenti berdoa hanya karena belum dikabulkan. Bisa jadi Allah sedang menyiapkan rezeki yang lebih besar daripada yang engkau minta.

Amalkan dengan Hati, Bukan Hanya Lisan

Hutang bukan sekadar persoalan angka, tapi ujian iman.
Doa ini — Allahummakfini bihalālika ‘an harāmika wa aghnini bifaḍlika ‘amman siwāk — adalah bentuk penyerahan total kepada Allah.
Ia bukan sekadar doa pelunas hutang, tapi doa peneguh hati agar tetap di jalan halal, agar tidak tergoda mencari jalan pintas yang menjerumuskan.
Bagi siapa pun yang hari ini tengah terlilit hutang, jangan berputus asa. Kembalilah pada Allah, istiqamahlah dalam doa ini, sertai dengan ibadah dan sedekah. Insya Allah, pertolongan akan datang — bukan karena kita pantas, tapi karena Allah Maha Pemurah.












Rezeki Lancar dan Hati Tenang: Rahasia di Balik Sholat Dhuha Sebelum Bekerja

Rezeki Lancar dan Hati Tenang: Rahasia di Balik Sholat Dhuha Sebelum Bekerja

 Rezeki Lancar dan Hati Tenang: Rahasia di Balik Sholat Dhuha Sebelum Bekerja

Pagi adalah waktu yang paling sibuk bagi banyak orang. Ada yang bergegas ke kantor, ada yang menyiapkan dagangan, ada pula yang terburu-buru mengejar target duniawi. Namun di tengah hiruk pikuk itu, ada segelintir hamba yang memilih menepi sejenak, mengangkat tangan, dan menundukkan dahi di atas sajadah—mereka sedang melaksanakan sholat dhuha, sebuah amalan ringan namun dahsyat dalam mendatangkan keberkahan dan ketenangan.
Tak banyak yang menyadari, di balik dua rakaat di waktu dhuha, tersimpan rahasia besar pembuka pintu rezeki dan penenang hati. Rasulullah ﷺ tidak pernah meninggalkan amalan ini, bahkan menasihati umatnya untuk menjadikannya kebiasaan harian. Karena sholat dhuha bukan sekadar ibadah tambahan, tapi tanda syukur atas nikmat tubuh dan waktu yang Allah anugerahkan.

Makna Spiritual di Balik Sholat Dhuha

Kata dhuha berarti waktu matahari mulai naik, sekitar pukul 7 hingga menjelang tengah hari. Waktu itu disebut dalam Al-Qur’an :
وَٱلضُّحَىٰ. وَٱلَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ
“Demi waktu dhuha. Dan demi malam apabila telah sunyi.”. (QS. Adh-Dhuha: 1–2)
Surat Adh-Dhuha turun sebagai penghibur bagi Rasulullah ﷺ ketika beliau merasa berat dan diuji. Allah menegaskan, bahwa di balik terang dhuha ada cahaya harapan setelah gelapnya ujian. Itulah mengapa dhuha bukan sekadar waktu, tapi simbol keteguhan dan optimisme hidup.
Ketika seseorang memulai hari dengan sholat dhuha, sebenarnya ia sedang “menyetel ulang” hatinya—mengembalikan semangat, menenangkan pikiran, dan meneguhkan keyakinan bahwa rezeki yang halal datangnya hanya dari Allah.

Hadits-Hadits Tentang Keutamaan Sholat Dhuha

Rasulullah ﷺ bersabda : “Di setiap persendian tubuh manusia terdapat sedekah. Maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, dan dua rakaat dhuha mencukupi semua itu.”. (HR. Muslim)
Hadits ini menggambarkan bahwa setiap sendi tubuh kita memerlukan rasa syukur. Sholat dhuha adalah bentuk syukur jasmani dan ruhani sekaligus. Dua rakaat ringan itu bagaikan kita membayar “utang syukur” kepada Allah atas kemampuan bergerak, bekerja, dan bernapas.
Dalam hadits lain, Rasulullah ﷺ bersabda : “Barang siapa yang rutin melaksanakan sholat dhuha, niscaya dosanya akan diampuni meski sebanyak buih di lautan.”. (HR. Tirmidzi)
Dan dalam riwayat lain : “Wahai anak Adam, janganlah engkau meninggalkan empat rakaat di awal siang, niscaya Aku akan mencukupi kebutuhanmu hingga sore hari.”. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Lihatlah janji Allah dalam hadits ini — bukan sekadar rezeki finansial, tapi kecukupan lahir batin. Allah menjamin kemudahan bagi siapa pun yang menegakkan dhuha dengan tulus.

Dhuha : Magnet Rezeki dan Sumber Kemudahan

Setiap pagi, manusia mencari rezeki : dengan bekerja, berdagang, atau berusaha. Namun, di antara ikhtiar itu, ada satu kunci spiritual yang sering dilupakan — menyambungkan awal hari dengan sujud dhuha. Banyak orang menyangka rezeki hanya datang dari kerja keras. Padahal, kerja keras tanpa keberkahan bisa menjadi lelah yang sia-sia. Sholat dhuha adalah cara seorang hamba “mengundang” Allah untuk turut campur dalam urusannya.
Salah satu ulama, Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, mengatakan : “Barang siapa yang ingin lapang rezekinya, maka jangan tinggalkan dhuha. Karena waktu dhuha adalah saat pintu-pintu langit dibuka dan rahmat Allah diturunkan.
Bahkan, dalam pengalaman banyak orang saleh, rutinitas dhuha membawa keajaiban tersendiri. Ada yang hutangnya perlahan lunas, ada yang usahanya berkembang, ada yang kehidupannya jadi ringan dan penuh syukur. Semua bukan kebetulan, melainkan janji Allah kepada mereka yang mengingat-Nya di waktu yang kebanyakan manusia melupakannya.

Ketenangan Jiwa di Balik Dua Rakaat

Selain membuka pintu rezeki, sholat dhuha juga menghadirkan ketenangan batin yang tak bisa dibeli dengan apa pun. Ketika seseorang berwudhu dan menunaikan sholat di pagi hari, sebelum tenggelam dalam urusan dunia, ia sedang menyiapkan jiwanya agar stabil dan sabar menghadapi hari.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan dalam kitab Zadul Ma’ad : “Barang siapa yang menjaga sholat dhuha, maka Allah akan menjaganya dari kesempitan hati dan kerisauan hidup.
Secara psikologis, dhuha menjadi momen mind reset — menyegarkan mental, memperkuat fokus, dan menurunkan stres. Orang yang melaksanakan dhuha secara rutin akan merasakan ketenangan dalam bekerja, karena ia sudah menyerahkan urusannya kepada Allah sejak pagi.

Teladan dari Rasulullah ﷺ dan Para Sahabat

Rasulullah ﷺ sendiri tidak pernah meninggalkan sholat dhuha, bahkan ketika dalam perjalanan. Dalam riwayat Ummu Hani’ radhiyallahu ‘anha, beliau melaksanakan delapan rakaat dhuha setelah penaklukan Makkah (HR. Bukhari dan Muslim).
Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata : “Kekasihku (Rasulullah ﷺ) berwasiat kepadaku tiga hal: berpuasa tiga hari setiap bulan, sholat dua rakaat dhuha, dan sholat witir sebelum tidur.”.(HR. Bukhari & Muslim). Lihatlah bagaimana Rasulullah ﷺ menempatkan dhuha sejajar dengan ibadah utama lainnya. Itu bukan kebetulan, melainkan tanda betapa besar nilai dhuha di sisi Allah.

Antara Rezeki dan Ibadah : Keseimbangan yang Harus Dijaga

Kita sering mendengar: “Yang penting kerja keras, nanti rezeki datang sendiri.”. Padahal, kerja keras tanpa ridha Allah justru bisa menjauhkan keberkahan. Sebaliknya, mereka yang memulai hari dengan doa dan sujud dhuha, seolah “memanggil” keberkahan sebelum turun ke lapangan.
Rasulullah ﷺ bersabda : “Allah berfirman: Wahai anak Adam, cukupkanlah untuk-Ku empat rakaat di awal siang, niscaya Aku akan mencukupi urusanmu di sepanjang hari.”. (HR. Tirmidzi)
Bayangkan, dua atau empat rakaat di pagi hari mampu mengundang pertolongan Allah untuk sepanjang siang. Inilah rahasia yang sering luput di tengah kesibukan dunia kerja modern.

Mengapa Banyak yang Lalai dari Sholat Dhuha?

Sibuk. Itu alasan paling umum.
Buru-buru ke kantor, macet di jalan, atau dikejar waktu. Namun, bukankah justru karena sibuk kita perlu pertolongan Allah?
Dhuha tidak lama. Dua rakaat pun cukup. Tapi dampaknya besar untuk hati dan rezeki.
Sering kali, yang membuat seseorang sulit dhuha bukan karena tidak sempat, tapi karena belum terbiasa mensyukuri pagi. Padahal waktu dhuha adalah momen paling jernih, ketika udara segar, cahaya lembut, dan hati masih belum terbebani urusan dunia. Siapa yang mengisinya dengan ibadah, ia sedang menanam benih keberkahan untuk seharian penuh.

Pondok Sehat Malomo YHI Tours: Dakwah dalam Keseimbangan Dunia dan Akhirat

Melalui program dakwah dan perjalanan umroh yang penuh makna, Pondok Sehat Malomo YHI Tours senantiasa mengajak umat Islam untuk menyeimbangkan antara ikhtiar dunia dan bekal akhirat.
Salah satu pesan yang selalu disampaikan oleh Ustad Aris Alwi dalam setiap kajiannya adalah : “Kunci keberkahan bukan hanya di tanah suci, tapi juga di waktu-waktu suci. Salah satunya adalah waktu dhuha.”
Dhuha adalah “tanah suci kecil” di hati setiap mukmin. Di sanalah kita menyapa Allah di awal hari, memohon agar langkah-langkah mencari rezeki diberi arah yang benar dan hasil yang halal.
Seperti umroh yang menenangkan jiwa, dhuha juga menguatkan hati.
Keduanya adalah perjalanan spiritual — yang satu jauh menembus tanah haram, dan yang satu dekat menembus ruang hati.

Mulailah Hari Esok dengan Dua Rakaat

Banyak orang mencari resep hidup berkah, rezeki lancar, hati tenang, keluarga harmonis. Jawabannya ada dalam dua rakaat ringan di waktu dhuha.  Sholat dhuha bukan amalan berat, tapi dampaknya besar bagi yang mengamalkannya dengan istiqamah. Mulailah dari yang kecil: dua rakaat saja setiap pagi sebelum berangkat kerja. Lakukan dengan niat tulus, bukan karena ingin kaya, tapi karena ingin dekat dengan Allah. Maka kekayaan akan datang dalam bentuk yang lebih luas: keberkahan, ketenangan, dan kecukupan. 
Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ : “Barang siapa menjaga sholat dhuha, Allah akan mencukupi kebutuhannya.”.(HR. Ahmad)
Dan siapa yang cukup dengan Allah, niscaya dunia akan cukup baginya.









Ujian atau Azab? Saat Hidup Dihantam Masalah dan Ibadah Mulai Lalai

Ujian atau Azab? Saat Hidup Dihantam Masalah dan Ibadah Mulai Lalai

 Ujian atau Azab? Saat Hidup Dihantam Masalah dan Ibadah Mulai Lalai

Kisah yang Menggetarkan Hati
Suatu pagi, seorang lelaki duduk termenung di serambi rumahnya. Wajahnya lesu, matanya sembab karena kurang tidur. Ia baru saja kehilangan pekerjaan, anaknya jatuh sakit, dan hutang menumpuk.
Kenapa semua ini terjadi bersamaan?” gumamnya lirih.
Namun yang lebih menyakitkan — di tengah badai itu — ia sadar, sholatnya mulai bolong-bolong, zikirnya jarang, dan hatinya makin jauh dari Allah. Ia menangis. “Apakah ini ujian, ataukah azab karena kelalaianku sendiri?”
Pertanyaan itu menembus hati siapa pun yang pernah merasa hidupnya berat, doanya belum dijawab, dan hatinya mulai letih. Dalam momen seperti itulah, manusia sebenarnya sedang dihidupkan kembali oleh Allah — lewat rasa sakit, kehilangan, dan kegelisahan.

Antara Ujian dan Azab: Dua Sisi dari Takdir yang Sama

Sering kali, saat kita tertimpa musibah, kita langsung bertanya : “Apakah ini ujian, atau azab?
Padahal, sebagaimana dijelaskan Ustad Aris Alwi, yang membedakan ujian dan azab bukan bentuk peristiwanya, tetapi sikap hati kita saat menghadapinya.
🔹 Ujian adalah bentuk kasih sayang Allah untuk menaikkan derajat hamba-Nya.
🔹 Azab adalah bentuk peringatan keras karena hamba itu menjauh dari-Nya.
Allah berfirman : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”. (QS. Al-Baqarah: 155)
Sedangkan bagi orang yang lalai dari peringatan Allah, Dia berfirman : “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, baginya kehidupan yang sempit.”. (QS. Thaha: 124)

Ujian mendekatkan hati kepada Allah.
Azab menjauhkan hati dari-Nya.
Namun keduanya bisa berubah arah, tergantung apakah kita kembali beribadah atau terus tenggelam dalam kelalaian. Ketika Ibadah Mulai Lalai, Hati Kehilangan Cahaya. Ustad Aris Alwi sering mengingatkan jamaah Pondok Sehat Malomo YHI Tours : “Masalah hidup bukan datang karena kita lemah, tapi karena Allah ingin mengingatkan bahwa hati kita sedang gelap.”
Ketika sholat mulai bolong, ketika Al-Qur’an jarang dibuka, ketika masjid terasa jauh — maka Allah mendidik kita dengan cara yang paling halus : lewat ujian. Rasulullah ﷺ bersabda : “Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji mereka.”. (HR. Tirmidzi, hasan sahih)
Ujian itu bukan untuk menghancurkan, tapi untuk membangunkan hati yang tertidur oleh dunia. Kadang Allah mengambil nikmat agar kita sadar bahwa nikmat sejati adalah dekat dengan-Nya.

Nabi Ayyub dan Makna Sabar yang Hakiki

Tidak ada ujian sebesar yang menimpa Nabi Ayyub ‘alaihissalam. Beliau kehilangan harta, anak, dan bahkan kesehatannya. Namun dalam kesakitan, beliau tetap berdoa dengan lembut : “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.”. (QS. Al-Anbiya: 83)
Ustad Aris Alwi sering menuturkan kisah ini di setiap majelis Pondok Sehat Malomo YHI Tours, mengingatkan bahwa sabar bukan diam tanpa usaha, melainkan tetap berdoa dan bertawakal meski hasil belum tampak.
Nabi Ayyub tidak bertanya, “Mengapa aku diuji?”
Ia hanya berkata, “Aku tahu Engkau sedang mendidikku, Ya Rabb.”
Inilah perbedaan antara orang yang diuji dengan yang diazab: yang satu berzikir, yang lain mengeluh.

Tanda-Tanda Ujian Berubah Jadi Azab
Tidak semua masalah adalah azab. Tapi jika kita tidak memperbaiki diri, ujian itu bisa berubah jadi azab yang berat. Ustad Aris Alwi menyebut tiga tanda yang harus diwaspadai :
  • Hati semakin jauh dari ibadah. Ujian seharusnya mendekatkan kita kepada Allah. Jika malah membuat kita malas sholat, berarti itu bukan lagi ujian.
  • Lisan mudah mengeluh dan menyalahkan. Orang sabar mencari hikmah, bukan kambing hitam.
  • Tidak ada perbaikan setelah peringatan datang. Jika berkali-kali diuji tapi tidak berubah, bisa jadi Allah sudah menegur dengan keras.
Rasulullah ﷺ bersabda : “Tidaklah seorang mukmin tertimpa musibah, kesedihan, atau kegelisahan, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dosanya karenanya.”. (HR. Bukhari & Muslim)

Refleksi: Mungkin Allah Merindukan Kita

Coba kita renungi :
Dulu, saat hidup terasa berat, kita rajin tahajud, sering menangis dalam doa.
Tapi ketika hidup mulai lapang, kita jarang ke masjid.
Maka Allah, dengan kasih sayang-Nya, mungkin berkata lewat takdir : "Wahai hamba-Ku, Aku rindu mendengarmu berdoa di sepertiga malam."
Ujian adalah panggilan cinta agar kita kembali pada-Nya.
Dan setiap air mata dalam sujud adalah tanda bahwa Allah belum berpaling dari kita.
Pelajaran dari Kehidupan Sehari-hari
Di Pondok Sehat Malomo YHI Tours, Ustad Aris Alwi sering bertemu jamaah yang berkata : “Ustadz, dulu saya jarang sholat, tapi setelah diuji bangkrut, saya jadi dekat dengan Allah. Sekarang hati saya lebih tenang.”. Itulah bukti bahwa ujian bisa menjadi awal dari keberkahan baru.
Kadang Allah menutup satu pintu agar kita menyadari bahwa selama ini kita berjalan menjauh dari arah yang benar.
Ustad Aris Alwi menegaskan : “Allah tidak menghukum, Dia hanya mendidik. Yang penting, kita jangan menunggu ujian datang baru ingin dekat kepada-Nya.”

Cara Mengubah Ujian Menjadi Keberkahan

  • Segera perbaiki sholat. Jangan tunda taubat. Ujian paling cepat berubah menjadi rahmat ketika kita kembali pada sajadah.
  • Perbanyak istighfar dan sedekah. Allah berfirman : “Maka aku berkata (kepada mereka): Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan lebat atasmu, dan menambah harta dan anak-anakmu.”. (QS. Nuh: 10–12)
  • Bergaul dengan orang saleh. Duduk dalam majelis ilmu seperti yang diadakan Pondok Sehat Malomo YHI Tours bisa menjadi sebab turunnya hidayah dan ketenangan batin.
Lihat ujian sebagai tanda cinta, bukan kebencian.
Karena Allah hanya menguji mereka yang ingin Dia angkat derajatnya. Peran Pondok Sehat Malomo YHI Tours dalam Menebar Ketenangan Hati Pondok Sehat Malomo YHI Tours bukan hanya lembaga perjalanan umrah dan haji, tapi juga tempat pembinaan rohani di bawah bimbingan Ustad Aris Alwi.
Di sana, para jamaah diajak memahami bahwa perjalanan ke Baitullah bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan jiwa — menuju ketundukan, kesabaran, dan syukur.
Dari banyak kisah jamaah yang dibimbing, Ustad Aris Alwi melihat satu pola : Mereka yang sabar dalam ujian, istiqamah dalam ibadah, dan tulus dalam doa — selalu menemukan ketenangan yang tak bisa dijelaskan oleh logika dunia.

Antara Teguran dan Cinta Allah

Hidup memang penuh masalah, tapi setiap masalah adalah pesan cinta dari langit.
Ketika hidup terasa sempit, mungkin Allah ingin hati kita kembali luas dalam sujud.
Ketika rezeki tertahan, mungkin Allah ingin kita lebih banyak beristighfar.
Ketika doa belum dijawab, mungkin Allah sedang menunggu waktu terbaik untuk mengabulkannya.
Ustad Aris Alwi selalu menutup tausiyahnya dengan kalimat yang menyejukkan : “Jangan takut dengan ujian, takutlah jika hati kita tak lagi merasa bersalah saat lalai beribadah.”
Maka, mari kita jaga ibadah kita.
Karena di balik setiap ujian, ada harapan, ada ampunan, dan ada cinta Allah yang tidak pernah pergi.

#UjianAtauAzab #RenunganIslami #UstadArisAlwi #PondokSehatMalomo #YHITours #IbadahLalai #KehidupanBeriman #MotivasiIslam #DakwahHati #TeguranAllah #Taubat #Sholat #Doa #Sabar #HikmahMusibah






Kunci Keberkahan Hidup Dimulai dari Masjid: Rahasia di Balik Sholat Subuh Berjamaah

Kunci Keberkahan Hidup Dimulai dari Masjid: Rahasia di Balik Sholat Subuh Berjamaah

Kunci Keberkahan Hidup Dimulai dari Masjid: Rahasia di Balik Sholat Subuh Berjamaah

Pagi yang Menentukan Nasib Seharian

Setiap hari dimulai dengan Subuh. Tapi tidak semua orang memulainya dengan kesadaran spiritual.
Sebagian masih terlelap, sebagian baru menutup mata, dan sebagian kecil—kaum pilihan—melangkahkan kaki menuju masjid dalam kesejukan udara pagi. Merekalah orang-orang yang memilih Allah di saat dunia masih diam. Dan justru karena itulah, keberkahan hidup dimulai dari langkah kecil menuju masjid di waktu Subuh.

✨ Subuh : Waktu yang Dipenuhi Cahaya dan Janji Keberkahan

Rasulullah ﷺ bersabda : “Barangsiapa yang menunaikan sholat Subuh, maka ia berada dalam jaminan Allah.”. (HR. Muslim, no. 163)
Hadis ini sederhana tapi luar biasa : orang yang sholat Subuh mendapat jaminan langsung dari Allah. Jaminan perlindungan, ketenangan, dan keberkahan.
Bayangkan, sebelum memulai aktivitas dunia, seorang Muslim sudah “terdaftar” dalam penjagaan Allah. Itulah sebabnya, sholat Subuh berjamaah bukan sekadar ibadah, tetapi sistem spiritual yang mengatur energi hidup seorang mukmin.

💡 Masjid : Sumber Cahaya, Bukan Sekadar Tempat Sujud

Masjid bukan sekadar bangunan, tapi pusat cahaya hati dan kekuatan umat.
Allah ﷻ berfirman : “(Cahaya Allah) itu berada di rumah-rumah (masjid) yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya.”. (QS. An-Nur: 36)
Ayat ini menjelaskan bahwa di masjidlah berkumpulnya cahaya Allah (nur).
Ketika seorang ikhwan mendatangi masjid di waktu Subuh, ia tidak hanya mendapatkan pahala sholat berjamaah, tapi juga dimasukkan dalam lingkaran cahaya yang akan menerangi langkahnya sepanjang hari.

🕋 Rahasia Keberkahan : Langkah Menuju Masjid Dihitung sebagai Amal Mulia

Rasulullah ﷺ bersabda : “Berilah kabar gembira bagi orang-orang yang berjalan ke masjid dalam kegelapan malam, bahwa mereka akan memperoleh cahaya yang sempurna pada hari kiamat.”. (HR. Abu Dawud, no. 561 dan Tirmidzi, no. 223)
Subuh adalah waktu di mana gelap masih menyelimuti bumi. Namun langkah-langkah kaki para ikhwan menuju masjid menjadi saksi iman dan bukti cinta kepada Allah.
Dan Allah menyiapkan balasan yang indah — cahaya yang sempurna di hari di mana cahaya menjadi penentu keselamatan. Inilah yang dimaksud dengan “kunci keberkahan hidup dimulai dari masjid” — sebab setiap langkah menuju rumah Allah adalah permulaan cahaya dalam hidup seorang mukmin.

🌤️ Sholat Subuh : Penentu Rezeki dan Ketenteraman Hidup

Rasulullah ﷺ mendoakan umatnya di waktu pagi : “Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”. (HR. Tirmidzi, no. 1212). Doa ini bukan sekadar kalimat, tetapi prinsip kehidupan.
Siapa yang memulai harinya dengan sholat Subuh berjamaah, maka ia sudah berada di bawah naungan doa Nabi ﷺ.
Dan doa Nabi bukanlah sembarang doa — ia adalah doa yang mustajab. Orang yang memulai pagi dengan ibadah akan mendapatkan keberkahan dalam setiap langkahnya : pekerjaannya terasa ringan, rezekinya mengalir dengan tenang, dan hatinya damai meskipun dunia penuh cobaan.

📖 Dalil Qur’ani Tentang Keutamaan Sholat Subuh

Allah ﷻ berfirman : “Dirikanlah sholat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelapnya malam, dan (dirikanlah pula sholat) Subuh. Sesungguhnya sholat Subuh disaksikan (oleh malaikat).”. (QS. Al-Isra: 78)
Kata “disaksikan” (mashhûdah) menunjukkan betapa mulianya waktu Subuh. Menurut para mufassir, yang menyaksikan adalah para malaikat malam dan siang. Artinya, sholat Subuh menjadi titik pertemuan dua malaikat penjaga waktu, yang mencatat amal dengan penuh kemuliaan.
Siapa yang sholat Subuh berjamaah, amalnya dicatat dua kali lipat kemuliaan : oleh malaikat malam yang berpamitan, dan malaikat siang yang baru bertugas.

🧠 Refleksi Kehidupan : Mengapa Banyak Kaum Ikhwan Lalai dari Subuh Berjamaah?

Realitanya, masjid di waktu Subuh sering kali sepi. Padahal, masjid yang ramai saat Subuh adalah indikator kebangkitan iman dan keberkahan sebuah negeri. Ada beberapa penyebab mengapa sebagian ikhwan masih lalai :
  • Tidur larut karena urusan dunia. Padahal Rasulullah ﷺ menganjurkan tidur lebih awal agar tidak kehilangan waktu terbaik untuk beribadah.
  • Tidak menyadari nilai spiritual Subuh. Banyak yang menganggap sholat Subuh sama seperti sholat lainnya, padahal inilah waktu paling mulia di sisi Allah.
  • Kurangnya kesadaran berjamaah. Sebagian merasa cukup sholat di rumah, tanpa memahami pahala besar sholat berjamaah di masjid.

🧭 Keutamaan Luar Biasa Sholat Subuh Berjamaah

Beberapa hadis Nabi ﷺ menegaskan pahala besar bagi kaum laki-laki yang menegakkan sholat Subuh berjamaah :
  • Lebih baik dari dunia dan seisinya : “Dua rakaat sholat Subuh (sunnahnya) lebih baik daripada dunia dan seisinya.”. (HR. Muslim, no. 725)
  • Pahala seperti sholat semalam suntuk : “Barangsiapa sholat Isya berjamaah, maka seakan-akan ia sholat separuh malam. Dan barangsiapa sholat Subuh berjamaah, maka seakan-akan ia sholat semalam suntuk.”. (HR. Muslim, no. 656)
  • Jaminan surga bagi yang menjaga Subuh dan Ashar : “Barangsiapa sholat dua waktu dingin (Subuh dan Ashar), maka ia akan masuk surga.”. (HR. Bukhari, no. 574)
Bayangkan, hanya dengan keluar rumah di waktu Subuh dan berjamaah di masjid, seseorang mendapatkan jaminan surga dan keberkahan hidup dunia-akhirat.

Kisah Teladan : Umar bin Khattab dan Keberanian di Waktu Subuh

Suatu pagi, Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu mendapati sebagian kaum Muslimin masih tidur ketika adzan Subuh berkumandang. Beliau berkata dengan tegas, “Orang yang tidur saat panggilan Allah berkumandang, bagaimana bisa berharap rezekinya lancar di siang hari?”. Kata-kata itu menjadi cambuk bagi generasi setelahnya. Umar tidak hanya memimpin dengan pedang, tapi dengan teladan ibadah. Setiap Subuh beliau berada di shaf pertama, memastikan umatnya terjaga dalam ketaatan.

Pondok Sehat Malomo YHI Tours : Menghidupkan Spirit Subuh Berjamaah

Sebagai lembaga yang menggabungkan nilai spiritual, kesehatan, dan ibadah, Pondok Sehat Malomo YHI Tours tidak hanya memfasilitasi perjalanan umroh dan haji, tapi juga menanamkan kesadaran istiqamah beribadah. Melalui bimbingan Ustadz Aris Alwi, para jamaah diajak untuk menjadikan Subuh sebagai titik tolak perubahan hidup. Dalam setiap program pembinaan, beliau selalu menekankan : “Keberkahan hidup itu bukan hanya dari banyaknya harta, tapi dari kedekatan kita dengan masjid.”. Masjid menjadi pusat ruhani — tempat memulai hari, menguatkan hati, dan menjemput rezeki penuh berkah.

Manfaat Duniawi dari Sholat Subuh Berjamaah

Selain pahala ukhrawi, banyak manfaat ilmiah dan sosial dari sholat Subuh berjamaah :
  • Fisik lebih sehat : Bangun pagi memperbaiki sirkulasi tubuh dan menjaga kesehatan jantung.
  • Mental lebih stabil : Orang yang memulai hari dengan dzikir dan doa memiliki ketenangan batin yang kuat.
  • Disiplin dan tangguh : Sholat Subuh berjamaah membentuk karakter pekerja keras dan tangguh menghadapi tantangan.
  • Lingkungan sosial positif : Bertemu saudara seiman di masjid mempererat ukhuwah dan membangun komunitas yang penuh semangat kebaikan.

Awali Hari dengan Sujud, Akhiri dengan Keberkahan

Setiap hari adalah anugerah. Dan hari yang dimulai dengan panggilan Allah adalah hari yang penuh cahaya.
Sholat Subuh berjamaah bukan hanya kewajiban, tapi investasi keberkahan.
Siapa yang mampu menjaga Subuh di masjid, akan Allah jaga sepanjang harinya.
Rezekinya dilapangkan, hatinya ditenangkan, dan hidupnya diberkahi.
Jadikan masjid sebagai tempat awal langkah, bukan tempat singgah terakhir.
Sebab, keberkahan hidup benar-benar dimulai dari masjid — rumah Allah yang penuh cahaya.









Kenapa Doa Tak Kunjung Dikabulkan? Mungkin Karena Kita Tak Istiqamah dalam Memintanya

Kenapa Doa Tak Kunjung Dikabulkan? Mungkin Karena Kita Tak Istiqamah dalam Memintanya

 Kenapa Doa Tak Kunjung Dikabulkan? Mungkin Karena Kita Tak Istiqamah dalam Memintanya

Antara Harapan dan Kenyataan
Setiap manusia pasti pernah berdoa. Dari yang sederhana—memohon rezeki dan kesehatan—hingga yang paling dalam—meminta ketenangan hati, jodoh, atau jalan keluar dari masalah. Namun tak sedikit yang akhirnya bertanya-tanya dalam hati : “Kenapa doa saya belum juga dikabulkan?”
Pertanyaan ini sering muncul bukan karena kurangnya iman, melainkan karena kurangnya pemahaman tentang hakikat doa dan kesabaran dalam menjalaninya. Doa bukan sekadar permintaan sekali ucap lalu ditunggu hasilnya. Doa adalah ibadah hati, yang menuntut keistiqamahan dalam pengucapan dan keyakinan dalam penantian.

Doa Adalah Ibadah, Bukan Transaksi

Rasulullah ﷺ bersabda : “Doa itu adalah ibadah.”. (HR. Tirmidzi, no. 3372)
Hadis ini menegaskan bahwa berdoa bukanlah urusan “minta-dapat”, melainkan bentuk penghambaan total. Dalam setiap doa, seorang hamba menunjukkan bahwa dirinya lemah, bergantung, dan tidak berdaya tanpa pertolongan Allah.
Sayangnya, banyak dari kita memperlakukan doa seperti transaksi cepat: kita meminta, lalu berharap jawaban segera datang. Ketika hasilnya tidak sesuai harapan, kita berhenti berdoa, kecewa, bahkan merasa Allah tidak mendengar. Padahal, Allah selalu mendengar, hanya saja Dia menunggu kapan hati kita benar-benar siap menerima pemberian-Nya.

Istiqamah: Ruh dari Doa yang Diterima

Doa yang dikabulkan bukan hanya tentang apa yang diucapkan, tapi seberapa istiqamah seseorang dalam memintanya.
Istiqamah berarti teguh, terus-menerus, dan konsisten dalam ibadah meskipun tidak melihat hasil langsung. Allah berfirman : “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (janganlah sekali-kali kamu) melampaui batas.”. (QS. Hud: 112)
Ayat ini bukan hanya seruan untuk taat dalam syariat, tapi juga panggilan untuk tegas dalam keyakinan. Dalam konteks doa, istiqamah berarti tidak mudah menyerah, tidak berpindah arah, dan tidak berhenti hanya karena “tampaknya” belum dikabulkan.

Tiga Bentuk Jawaban Allah terhadap Doa
Ulama menjelaskan, doa tidak selalu dijawab dengan cara yang kita inginkan. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidaklah seorang Muslim berdoa dengan doa yang tidak mengandung dosa dan memutus silaturahmi, melainkan Allah akan memberikan salah satu dari tiga hal :
(1) Dikabulkan segera,
(2) Disimpan sebagai pahala di akhirat, atau
(3) Dihindarkan dari keburukan yang sepadan dengannya.”
(HR. Ahmad, no. 11133)
Hadis ini menjelaskan bahwa tidak ada doa yang sia-sia. Yang ada hanyalah doa yang belum waktunya dikabulkan. Dan ujian terbesar dalam doa adalah menunggu dengan istiqamah, bukan berhenti di tengah jalan.

Kisah Teladan : Doa Nabi Zakariya yang Tak Pernah Putus

Salah satu kisah paling indah tentang istiqamah dalam doa adalah kisah Nabi Zakariya عليه السلام.
Beliau berdoa memohon keturunan di usia tua, padahal secara logika sudah mustahil. Namun beliau tetap berdoa, penuh keyakinan dan tanpa putus asa.
Allah berfirman:“(Ingatlah) ketika Zakariya berdoa kepada Tuhannya, katanya : "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri, dan Engkaulah sebaik-baik yang mewarisi.". (QS. Al-Anbiya: 89)
Bertahun-tahun beliau berdoa tanpa henti. Dan ketika Allah menilai waktunya tepat, lahirlah Yahya — seorang nabi yang penuh berkah.
Ini menunjukkan bahwa Allah tidak menolak doa yang diiringi istiqamah, hanya menunda untuk waktu terbaik.
Mengapa Kita Sering Gagal Menjadi Istiqamah dalam Doa ?
Ada beberapa sebab mengapa doa kita “macet di langit”:
  • Tergesa-gesa ingin hasil
Rasulullah ﷺ bersabda : “Doa salah seorang di antara kalian akan dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa.”
Mereka bertanya, “Bagaimana tergesa-gesa itu, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Yaitu ketika ia berkata: Aku telah berdoa, tapi belum juga dikabulkan.”
(HR. Bukhari, no. 6340)
Maka, tergesa-gesa adalah tanda lemahnya iman. Doa memerlukan waktu, dan keajaiban butuh kesabaran.
  • Kurang yakin pada kekuasaan Allah
Allah berfirman : “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.”. (QS. Ghafir: 60)
Namun banyak yang berdoa hanya dengan lisan, tanpa keyakinan dalam hati.
  • Hati tidak hadir dalam doa
Sering kali doa hanya sekadar rutinitas — tanpa makna, tanpa getaran hati. Padahal, doa yang paling berpengaruh adalah doa yang keluar dari hati yang sadar siapa dirinya di hadapan Allah.

Ketika Allah Tidak Mengabulkan, Itu Tanda Kasih Sayang
Kita sering berpikir, jika doa tidak dikabulkan berarti Allah tidak peduli. Padahal, justru sebaliknya. Kadang Allah menolak permintaan kita karena ingin menyelamatkan kita dari sesuatu yang lebih buruk.
Ibnul Qayyim rahimahullah pernah berkata : “Doa seorang mukmin tidak pernah sia-sia. Jika tidak dikabulkan sesuai yang diminta, maka ia akan mendapatkan hal lain yang lebih baik baginya.”
Inilah mengapa istiqamah sangat penting — karena yang kita butuhkan bukan hasil cepat, tetapi hubungan yang terus hidup antara kita dan Allah.

Bagaimana Agar Kita Bisa Istiqamah dalam Berdoa?

Niatkan doa sebagai ibadah, bukan sekadar permintaan.
Dengan begitu, setiap doa menjadi bentuk ketundukan, bukan transaksi.
Tentukan waktu-waktu mustajab.
Seperti sepertiga malam terakhir, antara adzan dan iqamah, atau saat sujud terakhir.
Berdoalah dengan penuh keyakinan dan ketenangan.
Rasulullah ﷺ bersabda :“Berdoalah kepada Allah dengan keyakinan akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.”(HR. Tirmidzi, no. 3479)
Jaga kesucian hati dan rezeki yang halal.
Doa tidak akan naik jika kita mengonsumsi yang haram.
Teruslah berdoa bahkan setelah dikabulkan.
Orang beriman tidak berhenti berdoa karena sudah dapat, tapi karena semakin ingin dekat dengan Sang Pemberi.
Pondok Sehat Malomo YHI Tours: Menyemai Spirit Istiqamah dalam Ibadah
Pondok Sehat Malomo YHI Tours bukan hanya lembaga perjalanan ibadah, tapi juga wadah pembinaan ruhani. Dalam setiap kegiatan dan programnya, selalu ditekankan pentingnya istiqamah dalam berdoa, beribadah, dan bersyukur.
Melalui pembimbing seperti Ustadz Aris Alwi, jamaah diajak bukan hanya memahami teknis ibadah, tapi juga meresapi hikmah spiritual di baliknya. Karena sejatinya, ibadah yang diterima bukanlah yang paling megah, tetapi yang paling konsisten dilakukan dengan ikhlas.

Jangan Berhenti Mengetuk Pintu Langit

Berdoa adalah bentuk cinta.
Dan cinta sejati adalah ketika kita terus mengetuk pintu yang sama, meski belum dibuka, karena kita yakin di baliknya ada kasih sayang yang besar.
Jika doa belum dikabulkan hari ini, teruslah berdoa besok. Jika besok belum juga, lanjutkan lusa. Karena Allah tidak pernah lalai dari doa hamba-Nya, hanya saja Dia ingin mengajarkan makna sabar dan istiqamah sebelum memberi jawaban terbaik.
Doa tanpa istiqamah hanyalah kata-kata.
Namun doa yang terus dipanjatkan dengan sabar, yakin, dan hati yang hidup — itulah yang mampu menembus langit dan mengetuk rahmat Allah.
Maka, jangan berhenti berdoa, jangan berhenti berharap. Karena dalam setiap doa yang istiqamah, tersimpan keajaiban yang sedang menunggu waktu terbaik untuk datang.